Insane

Blog

Temukan berbagai fakta dan opini seputar Media dan Penyiaran disini. Kritik dan saran : media.penyiaran@nokiamail.com | Twitter @rinaldoaldo92.

Indosiar, Dulu dan Sekarang

Jadi ingat berita berberapa minggu lalu, dimana bu Harsiwi Achmad (Managing Director Indosiar) bilang kalau Indosiar tak
lagi jadi TV kelas bawah (C-E). Betulkah? Tidak yakin juga. Sebetulnya, usaha Indosiar hadirkan program berlisensi (franchise) tak sia-sia, tapi masyarakat memang sulit menghapus jejak Gentabuana dari Indosiar.


Betul, Gentabuana yang selalu hadirkan drama kolosal berlatar belakang kerajaan Indonesia. Pernah buat sinetron ala Production House (PH) lain, seperti
Pengorbanan Anggun, dan lainnya. Namun, orang lebih kenal Gentabuana karena Angling Dharma, Tutur Tinular, dan lain
sebagainya. Dan, satu hal lagi : Naga yang menghiasi..


Setelah mengorek-ngorek dari berbagai sumber, ada sebuah posting blog yang bertuliskan catatan pertelevisian pada 1995.
Disitu, tercantum nama Indosiar yang waktu itu masih punya Salim Group, dan termasuk
baru bersiaran. Dikatakan bahwa Indosiar adalah stasiun TV pertama yang menerapkan sistem audio visual terbaru pada zamannya, yaitu NICAM. Sementara, yang sudah berdiri sebelumnya (RCTI, TPI (kini MNCTV) dan SCTV) masih belum mengupgrade sistem audio visualnya.


Program Indosiar saat awal bersiaran bermacam-macam, dari program drama Hongkong (karena Indosiar sempat diasistenisasi oleh TVB Hongkong, saat berdiri sejak 1991, makanya logonya mirip dengan logo stasiun TV tersebut), acara
pewayangan, komedi, news magazine dan lain sebagainya. Bahkan, Indosiar menjadi
pelopor penayangan acara musik (asli Indonesia) di TV Indonesia yang bernama PESTA yang tayang seminggu sekali. Indosiar kini mencoba untuk "anti mainstream", tidak ikut-ikutan tren, seperti penayangan acara Tabligh Akbar saat malam
Tahun Baru 2014 lalu, disaat yang lainnya menayangkan acara musik. Sayangnya, Indosiar mengalami kegagalan dari sisi
rating. Baru berberapa saat ini ratingnya masuk ke top 5 rating, mengalahkan Trans7.


Saya akui, upaya Indosiar memperbaiki citranya tak sia-sia. Setelah bergabung dengan EMTK, Indosiar mengalami banyak
perubahan signifikan. Tapi, masyarakat tak bisa menghilangkan citra Indosiar dari
nagaisme, alias Drama Kolosal ala
Gentabuana, karena animasi naganya yang jelek, juga jalan ceritanya yang banyak melenceng dari jalan cerita aslinya (yang
diketahui banyak orang).


Meskipun untuk sinetron dan FTV, Indosiar bukan juaranya, tapi Indosiar justru terlihat kuat pada program franchise dan variety show. Dan, hal ini sebetulnya yang harusnya diperkuat, agar citra Indosiar sebagai Nagasiar bisa perlahan-lahan menghilang.

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE